Select Menu
Select Menu

Favourite

Artikel

Opini

Tokoh

Cerpen

Humor

Tips

Seni Budaya

Gallery

» » » Belajar Dari Wortel, Telur dan Kopi


alawysyihab 08.20 0

Belajar Dari Wortel, Telur dan Kopi
Alawy Assyihab
Kita tidak pernah tahu dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Kita pun tidak pernah tahu kapan kita akan di tempatkan pada level atas dan tidak pernah tahu kapan kita akan diturunkan pada level yang paling bawah. Hanya Allah yang tahu dan hanya Allah yang mengerti apa yang terbaik buat kita. Kita sebagai hamba hanya bisa bersabar jika suatu saat nanti Allah menghendaki kita berada di level yang paling bawah.
Teringat pada salah satu ayat Al-Qur’an dalam surat al-Baqarah 155:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Ayat ini menyadarkan ku bahwa setiap manusia tidak akan luput dari sebuah ujian atau cobaan. Karena pada hakikatnya ujian adalah fitrah bagi setiap insan. Dan pasti akan datang kebahiagian setelah ujian tersebut. Atau dalam bahasa kerennya “ setelah badai pasti akan terbit pelangi”.
 jadi teringat dengan cerita ibu saat masih kecil dulu. Di mana ia bercerita tentang  Seorang anak yang mengeluh pada ibunya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ibunya, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas kompor dengan api yang sudah menyala. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua, dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang Ibu. Setelah 20 menit, sang Ibu mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di cangkir.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”
"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak.
Ibunya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ibunya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ibunya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.
Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, bu?”
Ibunya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras, dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya Ibunya.
“Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?”
"Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah mendapat cobaan atau mungkin patah hati. maka hatimu menjadi keras dan kaku.
“Ataukah kamu bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
"Nak, MASALAH DALAM HIDUP ITU BAGAIKAN AIR MENDIDIH. Namun, bagaimana sikap kitalah yang akan menentukan dampaknya"
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”
Kehidupan tidak selalu seperti yang kita bayangkan, seperti yang kita inginkan. Tentu ada cobaan dan tantangan yang harus kita hadapi. namun jika kita yakin dan ketahui bahwa takdir Allah SWT yang terbaik bagi kita, pasti tidak ada hal yang akan membuat kita lemah.

Semenjak itulah aku sadar bahwa apa yang terjadi pada diri ini atas kehendak Allah SWT dan dibalik cobaan pasti terselip hikmah yang sangat mendalam. Allah pun tidak akan menguji hambanya di luar kemampuaanya. (Alawy Assyihab)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply