Thoriqoh at Ta’lim wa at-Ta’allum
Ana Rodliyah
04.49
0
Thoriqoh at Ta’lim wa at-Ta’allum
Thoriqoh
atau tarekat secara bahasa berarti “jalan”. Sedangkan secara terminologi Mutashowwifīn
diartikan sebagai jalan yang ditempuh seorang hamba menuju ridlo Allah Subḥānahu
wa Ta’ālā. Namun ada juga yang mempersempit pengertian tarekat dengan
mendifinisikan sebagai jalan menujut ma’rifat Allah.
Melihat definisi
di atas, maka jelas sekali pengertian thoriqoh sangatlah luas. Thoriqoh tidak
hanya berdzikir atau dengan berbagai wiridan saja, namun bisa juga dengan
berbagai bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri menuju ridlo Allah Subḥānahu
wa Ta’ālā yang menciptakan alam semesta. Bisa berupa dzikir, wirid, puasa
sunah, sholat-sholat sunah, ta’lim (mengajar), ta’allum
(belajar), dan berbagai bentuk amal kebajikan lainnya.
Pada
perkembangannya, definisi thoriqoh mengalami distorsi (penyempitan). Thoriqoh
hanya dikenal sebagai pendekatan diri dengan dzikir-dzikir tertentu, sehingga
hanya tarekat- semacam ini saja yang dikenal masyarakat awam. Mereka hanya
mengenal thoriqoh Naqsabandiyah, Qodiriyyah, Syathoriyyah, Tijaniyah, Syadziliyyah,
dan lain sebagainya.
Untuk menjadikan
suatu amalan itu disebut thoriqoh mu’tabaroh atau tarekat yang resmi
(disepakati) untuk diamalkan. Thoriqoh tersebut haruslah memenuhi
beberapa kriteria , diantaranya:
-
Mempunyai sanad muttashil kepada Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alaihy
wa Sallam
-
Tidak bertentangan dengan syariat Islam
-
Muryidnya sudah memenuhi syarat:
a.
Menguasai ilmu fikih dan akidah
b.
Menguasai seluk beluk ilmu tasawuf
c.
Mempunyai akhlak yang sempurna lahir dan batin
d.
Mendapatkan izin/ijazah untuk tabiyah dari gurunya.
-
Thoriqoh yang disepakati menurut keputusan muktamar
Di antara thoriqoh-thoriqoh mu’tabaroh (terkenal) ialah yang telah
disebutkan, tetapi tarekat yang paling utama adalah thoriqoh ta’lim wa
ta’allum (belajar mengajar). Tarekatini dimulai sejak zaman para sahabat.
Bahkan ada sekelompok sahat yang mondok di Masjid Nabawi yang terkenal dengan
sebutan Ashhabu al shufah. Mereka inilah yang berjasa besar mencatat
riwayat-riwayat hadits yang diajarkan oleh nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alaihy
wa Sallam. Diriwayatkan dari Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash, Ia berkata: pada
suatu hari Rasulullah Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallam keluar menuju
masjid. Beliau menjumpai dua kelompok majlis, yaitu majlis yang membicarakan
fikih dan majlis pemanjatan doa. Beliau bersabda:
كلا
المجلسين إليّ خيرا أمّا هؤلاء فيدعون الله تعالى وأمّا هؤلاء فيتعلّمون ويُفقِّهون
الجاهلَ. هؤلاء أفضلُ باالتّعليم أُرسِلتُ ثمّ قَعد معهم (رواه أبو عبدالله بن
ماجه)
“Kedua
majlis ini baik sekali, yang ini berdoa keapda Allah. Sedangkan satunya lagi
belajar dan memandaikan orang bodoh. Mereka ini (majlis yang membahas ilmu)
lebih utama. Karena aku diutus untuk mengajar manusia. Setelah itu beliau duduk
bersama majlisnya ahli ilmi.”
Ngaji atau sekolah di madrasah diniyyah, musyawaroh-musyawaroh ilmu
agama, semacam bahtsul masail, majlis-masjlis ilmu seperti ini jelas-jelas
lebih utama dari pada wieidan, dzikir, atau ibadah-ibadah sunah lainnya.
Sebagaimana ungkapan Syekh
Muhammad bin Umar Nawawi Al-Jawi (Imam Nawawi) dalam kitab Nihayatuz Zain Fi Irsyadil Mubtadi'in halaman 359:
“menyibukkan diri dengan
berbagai ilmu lebih utama dari pada menyibukkan diri dengan dzikir
–dzikir atau ibadah-ibadah sunah, meskipun seseorang tergolong awam. Menghadiri
masjlis ilmu lebih baik baginya.”
Imam Syafi’i berkata:
وليس شيء
بعد الفرائض أفضلَ مِن طلبِ العلم
“Tidak
ada amal yang lebih utama setelah perkara fardhu dari pada mencari ilmu.”
Keutamaan thoriqoh ta’lim wa at ta’allum juga dapat ditinjau dari
beberapa sudut pandang, antara lain:
1. Manfaat ilmu bisa dirasakan diri sendiri
dan kaum muslimin, sedangkan ibadahmanfaatnya hanya dirasakan oleh diri
sendiri.
2. Segala bentuk ibadah membutuhkan ilmu,
sebab ibada yang tidak berlandaskan ilmu tidak akan diterima.
3. Pewaris pada nabi adalah pada ulama (ahli
ilmu) bukan para ahli ibadah.
4. Ilmu akan abadi sepanjang masa, tidak
seperti halnya ibadah.
Demikianlah
takekat ini sangat cocok untuk kita lakukan sebagai seorang santri sekaligus
mahasiswa, jadikan belajar mengajar sebagai sebuah ibadah agar setiap ilmu yg
kita pelajari ada nilai pahalanya.
Tidak ada komentar