Select Menu
Select Menu

Favourite

Artikel

Opini

Tokoh

Cerpen

Humor

Tips

Seni Budaya

Gallery

» » » HAKIKAT SYUKUR


alawysyihab 17.20 0



HAKIKAT SYUKUR
Oleh : S_R
Kata Syukur diambil dari kata bahasa Arab yaitu Syakara Yasykuru Syukron, meski begitu syukur adalah kata yang tidak asing lagi bagi kita. Dalam bahasa Indonesia Syukur mempunyai arti  rasa terima kasih kepada Allah. Tapi apakah  hanya sebatas itu? Tidak! Makna hakikat Syukur lebih luas lagi. Hakikat Syukur harus meliputi tiga aspek sebagai berikut :
Pertama, hati meyakini sepenuh hati dan mengakui bahwa semua kenikmatan dalam hidup ini hanya berasal dari Allah. Tidak hanya meyakini dan mengakui nikmat-nikmat dari Allah, tapi juga menerima dan mencintai nikmat-nikmat tersebut. Sebagaimana firman Allah Swt :
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
53. dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.
Jika seseorang sudah menerapkan di atas, maka bisa dikatakan hatinya bersyukur.
Kedua, lisan senantiasa berucap Tahmid atau pujian-pujian lain yang ditujukan kepada Allah.
Allah sangat senang apabila hamba-hambaNya senantiasa memuji-Nya. Wujud syukur di hati tidak akan lengkap tanpa pengungkapan melalui lisan. Sefasih-fasih lisan apabila tidak pernah mengucap syukur seperti pisau belati yang tajam tapi tidak pernah digunakan untuk memotong, sia-sia.
dalam hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734).
Hadits tersebut menunjukkan penganjuran untuk berdo’a dan bersyukur setelah makan dan minum. Karena bisa makan dan minum merupakan suatu kenikmatan. Secara umum, Allah sangat menganjurkan kita untuk senantiasa bersyukur ( mengucapkan hamdalah ) atas segala nikmat yang telah Dia berikan kepada hambaNya.
Ketiga, menggunakan nikmat-nikmat Allah dengan beramal shalih dan bermanfaat bagi agama, dunia dan akhirat. Tidak digunakan untuk hal-hal yang mengingkari Allah, seperti maksiat.
Apabila ketiga aspek tersebut diterapkan oleh para hamba Allah, maka inilah hakikat bersyukur. Yaitu dengan hati, lisan dan anggota badan. Dalam kitab Al-Fawa’id dikatakan bahwa “Syukur dari hati dalam bentuk rasa cinta dan taubat yang disertai ketaatan. Adapun di lisan, syukur itu akan tampak dalam bentuk pujian dan sanjungan. Dan syukur juga akan muncul dalam bentuk ketaatan dan pengabdian oleh segenap anggota badan”.
Sebagai hamba Allah yang banyak menerima  karuniaNya, sepatutnya kita bersyukur. Perlu kita sadari bahwa begitu banyak dan luas nikmat Allah yang telah diturunkan di dunia. Kita bisa melihat, berjalan, berbicara, bernafas, tidur bahkan bersin adalah suatu kenikmatan yang luar biasa dalam diri kita. Dan masih tak terhitung nikmat Allah di belantara bumi dan alam raya. Bodoh sekali orang yang mengingkari nikmat Allah yang begitu jelas dan melimpah di mana-mana. Hanya orang yang tertutup hatinya tak bisa merealisasikan syukur dalam hidupnya.
فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
13. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Terkadang Allah menurunkan cobaan kecil kepada hambaNya, seorang hamba tersebut sering mengeluh dan menganggap nikmat Allah lenyap. Padahal perlu kita tahu, bahwa cobaan dan ujian berupa musibah atau kesulitan-kesulitan dalam hidup merupakan bentuk kenikmatan lain yang Allah berikan. 
Mengapa kita harus mensyukuri nikmat-nikmat Allah. terdapat beberapa alasan mengapa kita sebagai hamba Allah harus merealisasikan syukur dalam hidup. Pertama, karena nikmat-nikmat adalah kehendak Allah dan Allah memerintahkan hambaNya untuk mensyukurinya. Sebagaimana firman Allah Swt. :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
152. karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Kedua, jika tidak bersyukur maka telah kufur. Karena lawan kata dari syukur adalah kufur. Sedangkan Allah sangat melarang kufur.
Ketiga, Penopang Tegaknya Agama. Al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan di dalam sebuah kitabnya yaitu Al Fawa’id,  “Bangunan agama ini ditopang oleh dua kaidah: Dzikir dan syukur. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (Qs. Al Baqarah: 152).”
Keempat, apabila kita bersyukur maka Allah akan semakin menambah nikmat itu sendiri.
Kelima, semua kenikmatan akan dimintai pertanggung jawaban dan Allah akan membalas orang-orang yang bersyukur.
Allah menciptakan sesuatu apapun di bumi dan di langit tak ada yang sia-sia. Sekecil dan selembut apapun ciptaan itu. Maka dari itu, senantiasa kita menyadari bahwa tanpa nikmat dari Allah kita tak kan bisa hidup seperti sekarang ini. Syukur adalah jalan terbaik untuk mengabdikan dan mencurahkan rasa terima kasih kita pada Allah yang kuasa dan berkehendak. Wallahu A’alam




«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply