TAK SELAMANYA LANGIT MENDUNG
alawysyihab
16.09
0
TAK SELAMANYA LANGIT MENDUNG
Namaku Vita, aku akan
menceritakan seseoranng yang pernah aku sesali. Waktu itu, usiaku menginjak 20
tahun. Usia yang muda dan masih memikirkan diriku sendiri. Aku adalah putri
semata wayang seorang konglomerat muda. Aku telah ditinggal ibu saat usiaku 15
tahun. Sungguh keadaan yang benar-benar tak ku inginkan. Ayahku sibuk dengan
profesinya, dan aku lebih banyak menghabiskan hariku dengan senang-senang.

Selain di sekolah, aku cukup aktif
dalam social media, dalam jejaring internet yang semakin maju, aku mempunyai
cukup banyak teman dan satu yang paling ku anggap bersahabat. Namanya Array
seorang mahasiswa kedokteran di USA. Dia seorang yang religious. Ia pernah
bercerita, ketika ia tak boleh masuk ke kelas karena terlambat dan dia lebih
mengutamakan Sholat daripada mata kuliahnya.
###
Suatu malam saat makan malam bersama
ayah, aku diajak berbincang mengenai pendapatku jika aku mempunyai ibu baru, dan
ayah mengatakan bahwa dia akan menikah dalam waktu dekat ini. Akupun kaget
bukan main. Belum aku menghabiskan makananku, akupun langsung pergi meninggalkan
meja makan dengan kondisi yang labil.
Sebelum kembali ke kamar, aku sempat
mengatakan kepada ayahku “yah ,, aku sudah ditinggal ibu, tentu aku mempunyai
beban yang sangat berat .. masihkah ayah mau membebaniku dengan mendatangkan
wanita baru di rumah ini, sedangkan bayangan tentang ibu masih belum bisa ku
lupakan ??? terserah ayah mau menikah dengan siapapun aku tak peduli !!” dengan sedikit mengancam.
“Vita, tunggu!! Ayah hanya ingin
memberi yang terbaik untukmu, sayang ,, dan ayah yakin kamu pasti menyukai
pilihan ayah ini, “ jelas ayah
“itu bukan pilihan yang terbaik yah,
itu keegoisan ayah semata !!”
“Vita, tunggu !! ayah belum selesai
bicara !!” aku tak peduli, hanya isakan tangis yang menemaniku hingga pagi.
###
“Array ???!!!”
“Vita ??”
Begitu terkejutnya aku jika yang
kubuka pintunya adalah seorang yang cukup ku kenal. Ya, dia array sahabatku,
tempat buku diaryku bersanggar. Aku keget bukan kepalang ketika mengetahui
bahwa ibunya adalah calon ibu tiriku ?? dan dia adalah kakak tiriku ?? memang,
dia pernah bercerita, jika dia sudah tak mempunyai ayah lagi, tapi tak dapat ku
terima semua ini, seorang yang dulu ku anggap dia seorang sahabat sekarang
dalam kedipan mata, berubah menjadi sosok yang ku benci. Mulai hari itu, aku tak pernah keluar dari
kamarku, hanya pembantu setiaku yang sudah mengerti watakiu dari kecil yang
hanya ku perbolehkan masuk ke kamarku.
Pernah suatu pagi ketika bi inah
(pembantuku) keluar belanja, aku keluar kamar sekedar mengambil air putih,
kujumpai ibu tiriku sedang menyiapkan sarapan untuk ayahku.
“ayo makan nak, ibu sudah memasakkan
makanan kesukaan kamu dan ayah kamu” ibu tiriku merayuku dengan menempelkan
tangannya ke pundakku. Betapa terkejutnya aku melihat cincin ibuku melingkar di
jari manisnya. Serentak aku menepis tangan wanita itu dan berkata kepada ibu
tiriku
“anda boleh menempati rumah ini,
anda boleh mengambil semua yang ada di rumah ini, bahkan anda boleh mengambil
ayahku, tapi satu yang anda tak boleh lakukan, jangan memakai barang kepunyaan
ibuku. Cincin itu punya beliau dan akan tetap menjadi milik beliau !!” tegasku.
“tapi ibumu sudah tak ada, nak .. “
“jangan panggil aku nak, aku bukan
anakmu. Kau bukan wanita yang telah melahirkanku, kau hanya menjadi istri dari
ayahku saja !!” bentakku.
Ternyata, keributan yang telah aku
buat membuat ayah serta array keluar dan menghampiri kami. Sementara ibu tiriku
menangis aku berusaha mengambil cincin itu dari jemari Sandra, Ibu tiriku. Hal
yang ku lakukan membuat ayahku marah dan ‘PPEELLLAAAKKKKKK.. !!!!!’ tiba-tiba
tamparan ayah mendarat di pipiku
“kenapa yah, ayah memukul anak ayah
sendiri demi membela wanita jalang ini ??” isakkanku mengiringi rasa sakit di
pipiku sebelah kanan.
“jangan kamu hina ibuku, !! “
tatapan aray memandangku dengan penuh kekesalan.
“selamat kamu wanita jalang, kamu mendapatkan
semuanya !!” aku pergi dengan tatapan penuh amarah. Setelah kejadian itu, aku
benar-benar tak mau keluar kamar, dan tak ada yang ku persilahkan masuk.
Suatu malam kepalaku pening, badanku
mengeluarkan keringat dingin, tapi rasanya panas, aku menjerit kesakitan
sewaktu aku hendak berdiri memanggil bi minah, aku terjatuh yang mungin
terdengar ribut dari luar. Bi minah yang mendengar langsung memanggilku dengan
gelisah “Neeng,, neng Vita??, neng Vita baik-baik saja kan neng ??”
“bb..b..bbii,,, b..b.bii
ii,,iinnahh, tolong Vv..itta bb..bi” dengan terbata aku mengucapkan sepatah dua
patah kata yang pada saat itu aku benar-benar tak mampu lagi mengatakan apapun.
“deeeen, den array… neng Vita deen,
tolong bukain pintunyaa” pinta bi inah. Terdengar pintuku mulai didobrak, dan
terdengar langkah bergegas menuju ke arahku, dan aku sudah tak tau lagi.
Perlahan mulai ku buka mataku yang
terasa masih berat. Tapi dengan sedikit berusaha aku mulai melihat orang yang
berada di sampingku dan aku melihat aray terjaga dari tidurnya, “kamu sudah
bangun??” tanyanya, dan aku hanya bangun, dalam hati aku sempat berguman
‘seandainya kamu bukan anak dari wanita yang ku benci, aku pasti tak akan
bersikap seperti ini’
Lambat laun kehidupanku semakin
berantakkan. Keluar malam, meneguk minuman keras bukan hal yang asing lagi
bagiku. Hingga ayahku masuk rumah sakit karena keegoisanku. Pada detik terakhir
sebelum ayah menghembuskan nafas terakhir, beliau sempat berpesan bahwa aku
harus menikah dengan Aray. Karena semenjak ada array ayah selalu rajin
mengerjakan Sholat, jadi beliau menganggap Array adalah laki-laki yang tepat
untuk menjadi imamku.
Setelah kepergian ayah, aku menikah
dengan Array, pernikahan yang tak pernah ku inginkan sepanjang hidupku.
Meskipun statusku sudah menikah, tapi kami masih menjalani hidup kami
sendiri-sendiri dengan kamar yang terpisah, tak saling menyapa meskipun
serumah.
Pemandangan seperti itu yang sedang
terjadi di rumahku. Ibu tiriku menghabiskan waktunya untuk mengurusi bisnis
ayahku, sedang Array suamiku, menjadi dokter yang ditugaskan di desa terpencil
jauh dari rumah. Aku sedikit kesepian, karena jika tak ada bi Inah, aku selalu
menyuruh Aray melakukan apapun yang aku mau. Memasak, menyuruhnya membuatkan
minuman, tapi tak ada keluhan yang dia rasakan. Kecuali ketika dia tahu aku
pulang larut malam dengan pakaian yang cukup minim dan membawa sebotol wiski,
dia marah tak kenal ampun. Keesokan harinya semua botol yang ada di kamarku
dibuangnya.
###
Sudah hampir dua minggu Array belum
pulang, aku merasakan kesendirian, gelisah. Entah gelisah karena rindu atau
gelisah karena sebab yang lain. Ketika berjalan melewati kamarnya, aku
memberanikan diri masuk ke kamar Aray. Sungguh kamar yang cukup rapi untuk
ukuran laki-laki. Tempat tidur yang cukup besar dengan selimut motif catur.
Mataku langsung tertuju pada computer di sudut ruangan dan langsung ku nyalakan
computer itu tanpa basa basi. Aku bingung ketika ada kata sandi yang harus ku
masukkan sebelum mengoperasikan computer itu.
Sudah hampir 10 menit aku memutar
otakku mencoba mencari password yang cocok, mulai dari makanan favorit sampai
artis favoritnya tapi selalu salah. Ku
tulis ‘bulanbintang’ akhirnya masuk. Aku tercengang ketika kata yang tepat
adalah bulan bintang. Dulu ketika dia masih di USA aku memang ilnya bulan dan
dia memanggilku bintang, ‘rupanya dia masih ingat julukan itu’ gumanku. Kubuka
file-file miliknya, kutemukan suatu yang aneh lalu kubuka ternyata adalah buku
hariannya. Aku tersenyum geli membaca satu persatu.
26 Desember 2012
“Masa’
aku diketawain dosen, gara-gara aku nulis do’a di resep pasien. Mungkin mereka
nggak tau apa manfaat do’a.”
30 Desember 2012
“Aku
dikatain temen-temen gay gara-gara aku nggak pernah pacaran. Padahal prinsipku,
pacar pertamaku adalah istriiku.”
18 Januari 2013
“Hari
ini bintang sedih, dia inget ibunya, aku juga pengen hibur dia.. tapi gimana
lagii.. L L L”
24 februari 2013
“Aku
kaget setengah mati bahwa bintang adalah calon adikku. Aku takut betapa
marahnya dia ketika dia tau ibuku akan menikah dengan ayahnya…!!!”
16 Maret 2013
“Aku
merasakan betapa marahnya bintang saat aku dan ibuku tinggal di rumah ini ..
maaf bintang, itu juga bukan pilihanku.”
21 Juli 2014
“Aku
menikah dengan Vita, pesta yang cukup meriah, tapi sebenarnya aku tak suka
membuang-buang uang. Aku lebih menyukai yang sederhana saja. Toh pernikahan ini
bukan karena kami saling cinta.
27 Agustus 2014
Saat
aku perjalanan pulang dari rumah sakit, aku melihat gamis merah marun dengan
kerudung berwarna krem, sederhana tapi indah saat aku membayangkan ketika
istriku memakainya. Jadi aku beli untuknya.”
19 September 2014
“Aku
benar-benar marah melihat Vita memakai pakaian ketat dengan membawa wiski di
tangannya. Bayangkan sudah berapa pasang mata melihat keindahan tubuh Vita.
Sebenarnya aku tak rela istriku dilirik orang.”
Tak terasa air mataku menetes. Aku
tak menyangka dia benar-benar menyukaiku. Kemudian ku buka almari dan benar,
gamis yang indah, yang jika ia membayangkan aku akan terlihat cantik memakai
ini. Gamis itu tertata rapi dalam almari.
Aku menunggu kedatangan suamiku dengan
memakai baju panjang yang ia belikan, aku sudah mulai berhijab, setidaknya
laki-laki tak akan memandangku dengan pikiran kotor mereka seperti yang suamiku
khawatirkan. Tak lama ku menunggu, telepon pun berdering. Kudengar suara di
telepon begitu bissing. Tapi, aku bisa dengar dengan jelas ketika perempuan
penelpon itu memberitahukan keadaan suamiku yang berada di UGD rumah sakit. Aku
terkejut langsung mengambil tas dan segera pergi menemui suamiku.
###
Kulihat sumiku terbaring lemas di
atas ranjang. Langkahku sayu, air mataku mengalir, memandangi kejadian ini. Ku
pegang tangan suamiku yang hangat, kuucapkan salam sembari mencium tangannya. Perlahan,
dia membuka mata, dua pasang mata kami telah bertemu. Sekelebat senyum mendamaikan
hatiku.
“maafkan aku, mas … “ isak ku, mas Array
hanya tersenyum sembari membelai kerudungku. Ku merasakan penyesalan yang
sangat mendalam, masa lalu itu kini hanya tingal penyesalan. Dan ku belajar,
bahwa tak selamanya langit mendung menutupi cerahnya hidupku. Kini, aku hidup
dengan keluarga baruku yang dulu tak pernah ku inginkan, kini aku merasa
bahagia dengan datangnya buah hatiku dengan mas array. Alhamdulllah. ‘L’
Tidak ada komentar