Select Menu
Select Menu

Favourite

Artikel

Opini

Tokoh

Cerpen

Humor

Tips

Seni Budaya

Gallery

» » » Rendah Hati vs Rendah Diri


alawysyihab 17.31 0



Rendah Hati vs Rendah Diri
Oleh : Mokhamad ‘Ali Ridlo

Ø  Makna Rendah Hati
Rendah hati, sebuah istilah yang tidak asing akan tetapi apabila melihat maknanya pada saat ini terkesan aneh. Banyak orang menyangka bahwa rendah hati sama halnya rendah diri. Oleh karena itu banyak dari berbagai kalangan enggan untuk memiliki sifat rendah hati.
Kata rendah hati dalam bahasa arab diistilahkan dengan kata kata tawadhu’ yang berasal dari kata ( تواضع- يتواضع), Selain itu ada kata lain (وضع) yang artinya “tempat, letaknya”. Makna yang sempit ini kemudian dijabarkan oleh para ulama, imam ghozali misalnya, menurut beliau rendah hati ialah mengeluarkan kedudukan atau menganggap orang lain lebih utama dari pada kita. Pada hakikatnya tawadhu’ itu adalah sesuatu yang timbul karena melihat kebesaran Allah.
Rendah hati merupakan salah satu sifat yang diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam. Nabi sebagai suri tauladan bagi umatnya, menjadikan segala yang dimiliki oleh beliau dikategorikan sebagai sifat terpuji, termasuk juga sifat rendah hati, Allah berfirman :
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “Salam”
Mengenai ayat ini imam al-Ṭabāri memberikan makna akan kata haunan dengan tenang, tidak sombong, dan tidak berjalan karena hendak maksiat kepada Allah.

Ø  Bentuk Rendah Hati
Rendah hati merupakan sifat spiritual yang hanya bisi dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Terkadang Manusia yang memiliki kesempurnaan dalam segi dunianya seperti memiliki kedudukan akan cenderung lebih memilih membanggakan diri (sombong) dari pada harus tawadlu’. Disamping itu bagi yang tidak memiliki kedudukan, lebih memilih merendahkan diri dihadapan mereka yang memiliki kedudukan, agar mendapatkan santunan atau belas kasih. Padahal yang demikian itu bukanlah sifat tawadlu’, karena merendahkan diri bukan lah tawadlu’. Karena bentuk dari sifat merendah memiliki dua ujung dan pertengahan. Salah satu ujungnya adalah cenderung kepada sikap berlebihan, dan ini dinamakan sombong. Sedangkan ujung yang lain adalah cenderung kepada sikap mengurangi, dan ini dinamakan menghinakan dan merendahkan diri. sedangkan tengah di antara dua sikap inilah yang dinamakan tawadhu’.
Bentuk sikap ini sebenarnya sudah dibahas panjang lebar oleh para ulama, polemik antar ulama juga tidak pernah terlepas. Salah satunya perihal pembagian akan tawadlu’ itu sendiri, seperti yang dikutip dari kitab Bahjatun Nazhirin, juz 1 halaman 657, bahwasanya sifat tawadlu’ dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Tawadhu’ yang terpuji yaitu ke-Tawadhu’-an seseorang kepada Allah dan tidak mengangkat diri di hadapan hamba-hamba Allah. Yang kedua ialah Tawadhu’ yang dibenci  dengan artian Tawadhu’-nya seseorang kepada pemilik dunia karena menginginkan dunia dan seisinya.
Ø  Keutamaan  dan anjuran memiliki sifat tawadlu’
Segala hal yang berbau positif pasti akan dibalas dengan yang positif pula. Begitu pula dalam hal tawadlu’. Setiap manusia yang memiliki sifat tawadlu’ tidak mungkin derajatnya menjadi rendah bahkan lebih ditinggikan, Allah berfirman :
تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأَرْضِ وَلا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Tawadhu’  kepada kaum mukminin merupakan sifat terpuji yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Karenanya barang siapa yang tawadhu’ niscaya Allah akan mengangkat kedudukannya di mata manusia baik di dunia maupun akhirat, yakni kedudukan di dalam surga. Karenanya tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sekecil apapun. Nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam bersabda :
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.

Rendah hati adalah awal hidup tenggang rasa dengan sesama, dengan rendah hati dapat hargai segala bentuk kekurangan dan kelebihan orang lain. Banyak orang yang mampu berbicara benar, akan tetapi belum tentu dia mampu melakukannya, menumbuhkan sifat rendah hati misalnya. Semoga dengan ini dapat menjadikan kita miliki salah satu sifat yang dicerminkan oleh Nabi Ṣalla Allah ‘Alayhi wa Sallam yaitu berupa rendah hati. amin. wallahu a’lam bi al- ṣawāb.



«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar

Leave a Reply