HAKIKAT SYUKUR
alawysyihab
07.08
0
HAKIKAT SYUKUR
Oleh : Siti_Rodliyah
Kata Syukur diambil dari kata bahasa Arab
yaitu Syakara Yasykuru Syukron, meski begitu syukur adalah kata yang tidak
asing lagi bagi kita. Dalam bahasa Indonesia Syukur mempunyai arti rasa terima kasih kepada Allah. Tapi apakah hanya sebatas itu? Tidak! Makna hakikat Syukur
lebih luas lagi. Hakikat Syukur harus meliputi tiga aspek sebagai berikut :
Pertama, hati meyakini sepenuh hati dan mengakui bahwa
semua kenikmatan dalam hidup ini hanya berasal dari Allah. Tidak hanya meyakini
dan mengakui nikmat-nikmat dari Allah, tapi juga menerima dan mencintai
nikmat-nikmat tersebut. Sebagaimana firman Allah Swt :
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّهِ ثُمَّ
إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
53.
dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan
bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta
pertolongan.
Jika seseorang sudah menerapkan di atas, maka bisa
dikatakan hatinya bersyukur.
Kedua, lisan senantiasa berucap Tahmid atau
pujian-pujian lain yang ditujukan kepada Allah.
Allah sangat senang apabila hamba-hambaNya senantiasa
memuji-Nya. Wujud syukur di hati tidak akan lengkap tanpa pengungkapan melalui
lisan. Sefasih-fasih lisan apabila tidak pernah mengucap syukur seperti pisau
belati yang tajam tapi tidak pernah digunakan untuk memotong, sia-sia.
dalam
hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ
يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ
فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya
Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid
(alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734).
Hadits tersebut
menunjukkan penganjuran untuk berdo’a dan bersyukur setelah makan dan minum.
Karena bisa makan dan minum merupakan suatu kenikmatan. Secara umum, Allah
sangat menganjurkan kita untuk senantiasa bersyukur ( mengucapkan hamdalah )
atas segala nikmat yang telah Dia berikan kepada hambaNya.
Ketiga, menggunakan nikmat-nikmat Allah dengan beramal shalih dan bermanfaat bagi
agama, dunia dan akhirat. Tidak digunakan untuk hal-hal yang mengingkari Allah,
seperti maksiat.
Apabila ketiga aspek
tersebut diterapkan oleh para hamba Allah, maka inilah hakikat bersyukur. Yaitu
dengan hati, lisan dan anggota badan. Dalam kitab Al-Fawa’id dikatakan bahwa “Syukur dari
hati dalam bentuk rasa cinta dan taubat yang disertai ketaatan. Adapun di
lisan, syukur itu akan tampak dalam bentuk pujian dan sanjungan. Dan syukur
juga akan muncul dalam bentuk ketaatan dan pengabdian oleh segenap anggota
badan”.
Sebagai hamba Allah yang
banyak menerima karuniaNya, sepatutnya
kita bersyukur. Perlu kita sadari bahwa begitu banyak dan luas nikmat Allah
yang telah diturunkan di dunia. Kita bisa melihat, berjalan, berbicara,
bernafas, tidur bahkan bersin adalah suatu kenikmatan yang luar biasa dalam
diri kita. Dan masih tak terhitung nikmat Allah di belantara bumi dan alam
raya. Bodoh sekali orang yang mengingkari nikmat Allah yang begitu jelas dan melimpah
di mana-mana. Hanya orang yang tertutup hatinya tak bisa merealisasikan syukur
dalam hidupnya.
فَبِأَيِّ
آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
13. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Terkadang Allah menurunkan
cobaan kecil kepada hambaNya, seorang hamba tersebut sering mengeluh dan
menganggap nikmat Allah lenyap. Padahal perlu kita tahu, bahwa cobaan dan ujian
berupa musibah atau kesulitan-kesulitan dalam hidup merupakan bentuk kenikmatan
lain yang Allah berikan.
Mengapa kita harus
mensyukuri nikmat-nikmat Allah. terdapat beberapa alasan mengapa kita sebagai
hamba Allah harus merealisasikan syukur dalam hidup. Pertama, karena
nikmat-nikmat adalah kehendak Allah dan Allah memerintahkan hambaNya untuk
mensyukurinya. Sebagaimana firman Allah Swt. :
فَاذْكُرُونِي
أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
152. karena itu, ingatlah kamu
kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.
Kedua, jika tidak bersyukur maka telah kufur. Karena lawan kata dari syukur adalah
kufur. Sedangkan Allah sangat melarang kufur.
Ketiga, Penopang Tegaknya Agama.
Al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan di dalam sebuah
kitabnya yaitu Al Fawa’id, “Bangunan agama ini ditopang oleh dua
kaidah: Dzikir dan syukur. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah
kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku,
janganlah kalian kufur.” (Qs. Al Baqarah: 152).”
Keempat, apabila kita bersyukur maka Allah akan semakin menambah nikmat itu sendiri.
Kelima, semua kenikmatan akan dimintai pertanggung jawaban dan Allah akan membalas
orang-orang yang bersyukur.
Allah menciptakan sesuatu
apapun di bumi dan di langit tak ada yang sia-sia. Sekecil dan selembut apapun
ciptaan itu. Maka dari itu, senantiasa kita menyadari bahwa tanpa nikmat dari
Allah kita tak kan bisa hidup seperti sekarang ini. Syukur adalah jalan terbaik
untuk mengabdikan dan mencurahkan rasa terima kasih kita pada Allah yang kuasa
dan berkehendak. Wallahu A’alam
Tidak ada komentar