Muharrom, Bulan Kemuliaan & Kebahagian
Unknown
16.16
0
Muharrom,
Bulan Kemuliaan & Kebahagian
Oleh
: Ibnu Khoir
Dalam
kalender Islam, pergantian bulan Dzul-hijjah menuju Muharrom menjadi momen yang
begitu spesial bagi umat Islam di penjuru dunia. Kalau mereka yang melaksanakan
ibadah haji, bulan Dzul-hijjah dimaknai sebagai bulan dimana mereka menjadi
seorang muslim sejati, karena telah memenuhi semua lima rukun Islam. Bagi
mereka yang tidak melaksanakan ibadah haji, bulan Dzulhijjah dimaknai sebagai
bulan lambang kejayaan Islam, karena dalam bulan tersebut seluruh umat Islam
dari berbagai status, secara bersama-sama menyembelih hewan qurban dan
menikmati dagingnya setelah prosesi hari raya ‘Idul Adha yang dirayakan pada
tanggal 10 Dzul-hijjah.
Tidak cukup
sampai disini, kebahagian mereka kian bertambah seiring datangnya bulan
Muharrom yang sekaligus menjadi simbol tahun baru Hijriyyah. Pada bulan ini
umat Islam kian bahagia bukan karena terjadi pergantian tahun semata, tetapi
lebih pada hal istimewa yang terkandung di dalam bulan tersebut. pasalnya
bulanMuharrom adalah bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah bulan
ramadlan. Ia merupakan bulan Allah SWT dan paling bulan paling utama dari
bulan-bulan lain yang dimuliakan,seperti Dzul-qo’dah, Dzul-hijjah, dan Rojab.
Dalam
menyambut bulan Muharrom ini, umat Islam sangat dianjurkan melakukan
ibadah-ibadah sunnah yang mempunyai pahala besar, seperti membaca doa akhir
tahun pada hari terakhir bulan Dzul-hijjah dan doa awal tahun pada hari pertama
bulan Muharrom. Agar kejadian baik yang terjadi pada setahun terakhir bisa
terulang lagi dan menjadi lebih baik pada tahun berikutnya, begitu juga
sebaliknya. Selain itu, disunnahkan juga membaca doa-doa selama 10 hari pertama
dan berpuasa pada tanggal 9 yang disebut
denganpuasaTasua’, dan tanggal 10 yang disebut dengan puasa ‘Asyura’.
Keutamaan
puasa Tasua’ sangat besar, karena dalam suatu riwayat hadits dijelaskan bahwa
Rasulullah SAW akan terus berpuasa Tasua’ pada tahun berikutnya jika beliau
masih hidup, namun yang terjadi, beliau wafat terlebih dahulu. Sementara
keutamaan puasa Asyura’ adalah dapat mengahapus dosa-dosa setahun yang lalu.
Jika kita rutin melakukannya setiap tahun, maka kita akan mendapatkan
keuntungan yang besar karena dalam setahun dosa-dosa kita dihapus dan mendapat
ampunan. Di samping itu, tanggal 10 Muharrom menyimpan banyak peristiwa penting
dan luar biasa yang terjadi pada nabi-nabi Allah SWT. Pada tanggal tersebut
Allah menerima taubatnya nabi Adam AS sehingga ia menjadi bersih tidak berdosa,
memasukkan nabi Idris ke surga, mengeluarkan nabi Nuh dari perahunya (setelah
habisnya banjir besar), menyelematkan nabi Ibrohim dari kobaran api sehingga ia
tidak terbakar, menurunkan kitab Taurat kepada nabi Musa, membebaskan nabi
Yusuf dari penjara, mengembalikan penglihatan nabi Ya’qub, menghilangkan cobaan
nabi Ayyub, mengeluarkan nabi Yunus dari perut hut (ikan paus), mengampuni nabi
Daud dari dosanya, menganugerahkan kerajaan besar kepada nabi Sulaiman, dan
pada tanggal itu pula Allah memberikan ampunan kepada nabi Muhammad SAW dari
dosa-dosa beliau yang telah berlalu dan yang akan datang, serta masih banyak
lagi kejadian lain yang menunjukkan akan keistimewaan tangaal 10 Muharrom ini.
Jadi,
setelah kita menetahuikeutamaan kedua bulan tersebut tentulah wajar jika umat
Islam sangat senang dan bahagia dalam menyambutnya. Namun sayang, melihat
berbagai fakta realita yang terekam beberapa tahun belakangan ini, wajah
kesenangan dan kebahagiaan menyambut bulan Muharrom mulai kusam dan memudar.
Mereka lebih tertarik untuk menyambut datangnya awal tahun baru Masehi yang
notebanenya bukan kalender umat Islam. Mereka cenderung meniru orang-orang non
muslim dalam hal gaya, budaya, dan lainnya, sehingga setiap pergantian tahun
baru Masehi mereka pergi ke alun-alun kota dan memegang terompet yang ditiup
pada jam dua belas malam. Masih banyak lagi warna-warni model kejadian semacam
di atas. Padahal disadari atau tidak, tindakan seperti itu, di samping
membuang-buang harta benda, juga dapat melemahkan Islam dari dalam secara
perlahan-lahan. Sehingga kebiasaan baik para pendahulu kita dan para ulama’
salaf dalam memelihara dan melestarikan ajaran islam yang mulia akan mengalami
penurunan sedikit demi sedikit. Oleh karena itu sebelum semua terlambat dan
masih adanya waktu dan kesempatan, mari kita sebagai umat Islam bersama-sama
terus memeliharadan melestarikan ajaran islam yang murni, yang berlandaskan
ajaran ahlus sunnah wal jama’ah. Dengan seperti itu ajaran Islam akan terus
terjaga hingga masanya nanti dan semoga Allah selalu merahmati kita untuk terus
berada pada jalan yang diridlai-Nya, amin.
Tidak ada komentar